Minggu, 29 Desember 2013

Artikel komunikasi antara buruh-pengusaha-pemerintah untuk membentuk suatu tujuan yang sama tanpa harus ada yang tersakiti.

Menurut saya sangat perlu peran komunikasi yang baik antara buruh-pengusaha-pemerintah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari masalah-masalah hak-hak buruh dimana mereka selalu menuntut UMR sesuai dengan negara-negara maju sebagai pedomannya,dikarenakan jika para buruh tidak mendapatkan hasil musyawarah yang tepat bagi meraka, mereka akan kembali tentang aksi-aksinya di jalanan sedangkan para pengusaha juga harus lebih proaktif untuk mengomunikasikan persoalan ini.

Pemerintah juga dituntut perannya dalam menengahi konflik kepentingan antara buruh dan para pengusaha, karena pada dasarnya pemerintah lah yang membuat aturan main dari kedua belah pihak ini.Rasanya tuntutan buruh terhadap pemerintah ridak ada habisnya. Hampir setiap tahun apalagi menjelang akhir tahun para buruh semakin gencar melakukan aksi turun ke jalan menuntut hak mereka yaitu, peningkatan upah minimum buruh. Tuntutan para buruh sebenarnya wajar karena memang setiap tahun pasti terjadi kenaikan yang membuat kebutuhan hidup masyarakat semakin naik. Di sisi lain, perusahaan yang diwakili oleh para pengusaha mengeluhkan tuntutan para buruh tersebut karena kenaikan upah akan menaikan biaya produksi mereka.

Dari setiap perundingan yang diadakan antara buruh dan pengusaha tidak pernah menemui jalan keluar yang sifatnya jangka panjang sehingga para buruh akhirnya melakukan aksi kembali dikemudian hari. Perselisihan antara buruh dan pengusaha tentang upah minimum akan sulit didapat jika tidak saling mengenal. Oleh karena itu dibutuhkan peran pemerintah untuk memediasi agar menemukan titik temu besaran upah minimum. Karena jika tidak ada sarana untuk menemukakan pendapatnya, maka tidak menutup kemungkinan para buruh akan turun ke jalan dan memblokir sebagian jalan tersebut sehingga banyak pihak yang sangat dirugikan akan aksi para buruh.

Aksi perjuangan para buruh yang berhadapan dengan keinginan para pengusaha sebagai pihak yang menginginkan keuntungan sebanyak-banyaknya, tidak semata-mata dimaknai dalam kekerasan. Dengan etos kerja yang maksimal dan mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam memberi upah kerja yang tinggi, serta adanya peran pemerintah atas nama konstitusi akan memberi “solusi” bagi aksi buruh secara santun dan beradab.

Dan hal penting lainnya dalam memaknai aksi unjuk rasa yang cenderung anarkistis, harus dilihat pada adanya pergeseran makna perjuangan para buruh. Gerakan buruh telah bermuatan politik. Entah siapa yang menunggangi dan mengapa mau ditunggangi.
Tapi di satu sisi, tindakan anarkistis para buruh menjadi tanda komunikasi untuk menuntut komitmen pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan buruh (rakyat kecil). Sehingga, aksi yang cenderung anarkistis tersebut juga dapat dimaknai sebagai upaya mempertanyakan legitimasi pemerintah dan bila mungkin akan menjatuhkan wibawa rezim penguasa.\

Perlu diingat, definisi buruh menurut uu?                                                                              Mereka yg bekerja pada pemberi kerja itu namanya buruh, gak peduli dia tamatan sd, smp, smu, s1, s2 dan s3. masalah umur yang diperjuangkan buruh itu erat kaitannya dengan kesejahteraan, sejauh mana perusahaan telah memberikan kesejahteraan yang layak kepada karyawannya, baik itu kesehatan/jamsostek dan terutama upah buruh itu sendiri layak apa gak dengan kondisi ekonomi/kenaikan inflasi saat ini.

            Kaitannya adalah, bagaimana pengusaha merespon tuntutan kenaikan UMR tingkat propinsi, yang ditetapkan oleh pemerintah propinsi/gubernur sebagai wadah mediator, kesepakatan itu tertuang dalam bentuk keputusan kepala daerah. Nah, masalah ini bagaikan makan buah simalakamang, jika upah buruh dinaikan, otomatis perusahaan akan menanggung biaya overhead lebih besar, jika pengusaha itu bersikukuh menargetkan margin keuntungannya tetap, maka tentu dia akan mengurangi produksi dan tenaga kerja, akibatnya, bisa berdampak buruk dengan adanya PHK .

Kenapa permasalahan ini tidak bisa ditetapkan dalam jangka panjang?                                         Karena permasalah perburuhan ini sangat complicated, masalah buruh terkait dengan perkembangan situasional ekonom, kondisi ekonomi sulit untuk diprediksi dalam jangka panjang sebagai contoh, jika inflasi naik, nilai mata rupiah akan turun, maka, gaji buruh untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar/pokok itu tidak akan tercukupi lagi. Untuk itu perlu disesuaikan UMR dengan kondisi yang ekonomi saat itu, tiap daerah, beda nuansanya. misalnya, jakarta dengan  jogja, itu besaran UMR nya beda jauh, Jakarta gak bisa dengan UMR dibawah 1juta sementara di jogja., dengan 1juta itu sudah 
tinggi, karna harga kebutuhan pokok disana relatif lebih rendah dibandingkan Jakarta.

Peranan Pemerintah dalam memediasi perseteruan antara buruh dengan pengusaha, pemerintah dalam hal ini masalah UMR sepert pisau bermata pada satu sisi, pemerintah ingin masyarakat (buruh) dapat hidup dengan sejahtera/layak tentu dengan upah UMR yang mencukupi ,sehingga terlihat program-program pemerintah dapat berjalan dengan melihat tingkat kesejahteraan masyrakatnya (garis kemiskinan) di sisi lain. Pemerintah ingin memelihara pengusaha, karna dengan pengusaha pengangguran dapat dikurangi dan pertumbuhan ekonomi dapat dipacu lebih naik lagi.

Kesulitan inilah yang menyebabkan permasalahan ini sulit diputuskan dan terkadang setelah diputuskan ada kalanya berujung pada pengajuan tuntutan di pengadilan. Jika pemerintah mensyahkan kenaikan UMR sesuai tuntutan para buruh, keluhan pengusaha ini berujung pada sidang pengadilan. Ke khawatiran para pengusaha akan terjadinya collaps membengkaknya biaya produksi mereka, jika pemerintah menetapkan UMR tetap dengan  tahun lalu, maka para buruh menganggap pemerintah gak loyal terhadap rakyat kecil.

Jadi, pemerintah perlu menetapkan UMR melalui kajian yang mendalam sehingga, ke 2 belah pihak bisa menerima alasan-alasan yang konkrit dari pemerintah. Kalau cuma demo dijalan, itu mah proses UMRnya, sementara inti dari perjuangan itu blum dikupas.

Sabtu, 28 Desember 2013

KOMUNIKASI


KOMUNIKASI

 Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara etimologis
atau menurut  asal  katanya  adalah dari  bahasa  Latin  communicatus,  dan  perkataan  ini
bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi
milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna. 
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan maupun tidak langsung melalui media; proses penyampaian bentuk interaksi
gagasan kepada orang lain dan proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang
disampaikan, baik sengaja maupun tidak disengaja.

Pengertian Komunikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
KBBI terbitan Balai Pustaka,  2002, komunikasi adalah:
1. Pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak.
2. Perhubungan.

Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli
Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian komunikasi, berikut ini pengertian komunikasi menurut pendapat para ahli :

1. Carl I. Hovland
Hovland berpendapat mengenai pengertian komunikasi, menurutnya “Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan pesan (lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)”.
2. Theodore M. Newcomb
Menurutnya pengertian komunikasi adalah “setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi,terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima”.

3. Everett M. Rogers
Everett berpendapat bahwa “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka atau penerima”.

4. Onong Uchjana Effendy
Ia mengungkapkan pengertian dari komunikasi adalah “proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain”. Pikiran tersebut bisa merupakan informasi, gagasan, opini, dll yang muncul dari pikirannya sendiri.

5. Hafield Cangara
Hafield menyatakan suatu definisi baru mengenai pengertian komunikasi, ia menyatakan bahwa “komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian”

Lingkungan komunikasi
Lingkungan  (konteks)  komunikasi setidak-tidaknya memiliki 3 (tiga) dimensi di
antaranya : 
a.  Fisik, adalah ruang di mana komunikasi berlangsung nyata atau berwujud.
b.  Sosial-psikologis, misalnya tata hubungan status di antara pihak yang terlibat, peran
yang  dijalankan  orang    dan  aturan  budaya  masyarakat  di  mana  orang-orang
berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini  mencakup rasa  persahabatan atau
permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau.
c.  Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah di mana
komunikasi berlangsung.

JENIS DAN PROSES KOMUNIKASI
Contoh model komunikasi yang sederhana digambarkan dibawah ini :

Pengirim—>Berita—>Penerima

Jika salah satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi tidak akan berjalan. Ada komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
Pengirim(Sender=Sumber) adalah seseorang yang mempunyai kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentinga mengkomunikasikan kepada orang lain.
Pengkodean (Encoding) adalah pengirim mengkodean informasi yang akan disampaikan ke dalam symbol atau isyarat.

Pesan (Massage), pesan dapat dalam segala bentuk biasanya dapat dirasakan atau dimengerti satu atau lebih dari indra penerima.
Saluran (Chanel) adalah cara mentrasmisikan pesan, misal kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan.

Penerima (Recaiver) adalah orang yang menafsirkan pesan penerima, jika pesan tidak disampaikan kepada penerima maka komunikasi tidak akan terjadi.
Penafsiran kode (Decoding) adalah proses dimana penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi yang berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap pesan yang dimaksudkan oleh penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang terjadi.

Umpan balik (Feedback) adalah pembalikan dari proses komunikasi dimana reaksi kominikasi pengirim dinyatakan.

Didalam organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis komunikasi dalam organisasai antara lain :

a. Komunikasi formal vs informal
Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh hirarki wewenang. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung pada herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai maksud, yaitu
- Pemuasan kebutuhan manusiawi,
- Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
- Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
- Sumber informasi hubungan pekerjaan.
Jenis lain dari komunikasi informasi adalah adalah dasas-desusyang secara resmi tidak setuju. Desas-desus ini juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.

b. Komunikasi ke bawah vs komunikasi ke atas vs komunikasi lateral
Komunikasi kebawah mengalir dari peringkat atas ke bawah dalam herarki. Komunikasi ke atas adalah berita yang mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu organisasi. Komunikasi lateral adalah sejajar antara mereka yang berada tingkat satu wewenang.

c. Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa meminta umpan balik, sedangkan komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan memberi umpan balik.

Bagaimanapun juga keefektifan komunikasi organisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya :
1.      Saluran komunikasi formal
2.      Sruktur wewenang

RAGAM TINGKATAN KOMUNIKASI ATAU KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:
  1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.
  2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.
  3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
  4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).
  5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.

 PROSES KOMUNIKASI
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy 1994:11-19 membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikansebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
Tujuan Dan Fungsi Komunikasi
1.  Agar menjadi tahu dan memberitahukan, misalnya antar hubungan pergaulan sehari-hari, surat edaran, pengumuman, pemberitahuan dan sebagainya.
2.  Menilai  masukan  (input)  atau  hasil  (output)  atau  suatu  pola pemikiran,  misalnya 
umpan balik, tanggapan atas pendapatan, evaluasi anggaran, penilaian rencana dan
sebagainya.
3.  Mengarahkan  atau  diarahkan,  misalnya  manajer  mengarahkan  sumber  tenaga,
material, uang, mesin (kepada suatu tujuan), rapat kerja, seminar, penataran latihan
kerja, juklak (petunjuk pelaksanaan), juknis (petunjuk teknis) dan sebagainya.
4.  Mempengaruhi  dan  dipengaruhi,  misalnya  motivasi,  persuasi,  stimulasi  dan
sebagainya.
5.  Mengandung  beberapa  fungsi  insidental,  atau  netral  :  yang  tidak  langsung
mempengaruhi tercapainya tujuan dan hubungan dalam pergaulan sosial.
Dari  paparan  tersebut,  terlihat  bahwa  komunikasi  dapat  menciptakan  rasa
pemahaman, tingkat penerimaan dan motivasi, terutama untuk menjawab hal terkait Who
says, What, in Which channel, to Whom dan in Which effect.
 Kegunaan Mempelajari Iimu Komunikasi
Ruben and Steward (2005) menyatakan bahwa alasan  mempelajari ilmu komunikasi
adalah :
1.  Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.
Dalam  kehidupan  kita  sehari-hari,  komunikasi  memegang  peranan  yang  sangat
penting.  Kita  tidak  bisa  tidak  berkomunikasi.  Tidak  ada  aktifitas  yang  dilakukan  tanpa
komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan esensial, manakala kita
berkomunikasi dengan orang lain. Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi
dengan kita, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Cara kita berhubungan satu
dengan lainnya, bagimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan
kontribusi  sebagai  anggota  keluarga,  kelompok,  komunitas,  organisasi  dan  masyarakat
secara  luas  membutuhkan  suatu  komunikasi.  Hal  ini  menjadikan  komunikasi  tersebut
menjadi hal sangat fundamental dalam kehidupan kita. 
2.  Komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas kompleks.
Komunikasi adalah suatu aktifitas  kompleks dan menantang. Dalam hal ini ternyata
aktifitas komunikasi bukanlah suatu  aktifitas  yang mudah.  Untuk  mencapai kompetensi
komunikasi diperlulkan understanding dan suatu keterampilan sehingga komunikasi yang
dilakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam Ruben and Steward (2005) menyebut konsep
mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita
terbuka dengan informasi baru dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya
satu persepektif di kehidupan manusia. 
3.  Komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi efektif.
Karir  dalam  bisnis,  pemerintah,  atau  pendidikan  memerlukan  kemampuan  dalam
memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan
kerjasama antara satu dengan yang  lain dan dapat menerima atas kehadiran ide-ide efektif
melalui  saluran  saluran  komunikasi.  Untuk  mencapai  kesuksesan  dari  suatu
kedudukan/posisi  tertentu  dalam  mencapai  kompetensi  komunikasi  antara  lain  melalui
kemampuan  secara  personal  dan  sikap,  kemampuan  interpersonal,  kemampuan  dalam
melakukan komunikasi oral dan tulisan, serta lain sebagainya.
4.  Suatu pendidikan tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik.
Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat
common  sense  dan  setiap  orang  pasti  mengetahui  bagaimana  berkomunikasi.  Padahal
sesungguhnya banyak yang tidak memilki keterampilan berkomunikasi yang baik, karena
ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya
dalam bentuk verbal, tetapi  nonverbal, ada keterampilan komunikasi dalam bentuk tulisan
dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok,
sehingga  kita  dapat  berkolaborasi  sebagai  anggota  dengan  baik, dan  lain-lain.  Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan  tinggi, tetapi tidak memilki keterampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, maka komunikasi itu
perlu kita pelajari.
5.  Komunikasi adalah populer. 
Komunikasi  adalah  suatu  bidang  yang  dikatakan  sebagai  populer.  Banyak  bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada
juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesional lainnya, termasuk
hukum,  bisnis,  informasi,  pendidikan,  ilmu  komputer,  dan  lain-lain.Saat  ini  komunikasi
sebagai  ilmu  sosial/perilaku  dan  suatu  seni  yang  diaplikasikan.  Disiplin  ini  bersifat
multidisiplin, berkaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik,
dan lain sebagainya.
1.      Komunikasi formal dan informal
Komunikasi  formal  ialah  komunikasi  resmi  yang  menempuh  jaringan  organisasi
struktur formal dimana , informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat
diduga dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan. Informasi yang mengalir sepanjang
jaringan kerja selentingan terlihat berubah-ubah dan tersembunyi.
2.      Komunikasi informal ialah komunikasi yang menempuh saluran yang sering disebut
“selentingan”, yaitu suatu jaringan yang biasanya jauh lebih cepat dibandingkan dengan
saluran-saluran resmi. Informasi informal/personal ini muncul dari interaksi diantara orang-orang. Dalam istilah komunikasi selentingan digambarkan sebagai metode penyampaian
laporan rahasia tentang orang-orang dan peristiwa yang tidak mengalir melalui  saluran
perusahaan yang formal.

 Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan
apa  yang dikatakan  atau  didengar oleh  seseorang  daripada apa yang dikeluarkan oleh
pemegang kekuasaan.
1.  Komunikasi lisan dan tertulis
Pesan-pesan lisan memungkinkan menerima umpan balik segera. Komunikasi tertulis :
memberi catatan atau referensi permanen, membantu memberikan dokumentasi dari suatu
pesan yang disampaikan, yang dapat menjadi penting bila pembuktian diperlukan kembali
2.  Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berdasarkan faktor-faktor lain daripada lambang verbal :
a.  bahasa tubuh
b.  lambang-lambang non verbal
c.  ketidakaktifan
d.  pernyataan-pernyataan yang dinyatakan oleh suara
e.  jabatan tangan
f.  penggunaan waktu
Dalam komunikasi verbal terdapat beberapa hal yang termasuk komunikasi non verbal :
a.   Ekspresi wajah   
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah
adalah cerminan suasana emosi seseorang.
b.   Kontak mata merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan
kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat
dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan
sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata  dapat memberikan kesempatan pada
orang lain untuk mengamati hal yang lainnya.
c.   Sentuhan  adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat
spontan  daripada  komunikasi  verbal.  Beberapa  pesan  seperti  perhatian  yang
sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan
melalui sentuhan. 
d.   Postur  tubuh  dan  gaya  berjalan.  Cara  seseorang  berjalan,  duduk,  berdiri  dan
bergerak  memperlihatkan  ekspresi  dirinya.  Postur  tubuh  dan  gaya  berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri dan tingkat kesehatannya.
e.   Sound (Suara). Rintihan, menarik napas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan
perasaan  dan  pikiran  seseorang  yang  dapat  dijadikan  komunikasi.  Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis 
atau suara  dapat menjadi pesan yang sangat  jelas.
f.   Gerak  isyarat adalah hal yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan
isyarat  sebagai  bagian  total  dari  komunikasi    seperti  mengetukan  kaki  atau
mengerakkan  tangan  selama  berbicara  menunjukkan  seseorang  dalam  keadaan 
stress/bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

Lima Kaidah Komunikasi
Telah dikenal 5 (lima) Kaidah Komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication), dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu
sendiri,  yaitu  REACH  (Respect,  Empathy,  Audible,  Clarity,  dan  Humble),  yang  berarti
merengkuh atau meraih. Ada keyakinan bahwa komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya
bagaimana meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun
respon positif dari orang lain. Berikut ini uraian dari kelima (5) kaidah komunikasi efektif
tersebut dalam konteks dan berfungsi sebagai fondasi untuk mengembangkan kemampuan
berbicara di depan publik. 
a.  Respect
Kaidah  pertama  dalam  berkomunikasi  secara  efektif,  khususnya  dalam  berbicara  di
depan publik adalah sikap hormat dan sikap menghargai terhadap khalayak atau hadirin.
Hal ini merupakan kaidah pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk
berbicara di depan publik. Pembicara atau presenter harus memiliki sikap (attitude)
menghormati dan menghargai hadirin. Harus diingat bahwa pada prinsipnya  manusia
ingin  dihargai  dan  dianggap  penting  diakui. Jika dalam presentasi harus mengkritik
seseorang, lakukanlah dengan penuh respect terhadap harga diri dan kebanggaan orang
tersebut. 
b.  Empathy
Kaidah  kedua  adalah  empati,  yaitu  kemampuan    untuk  menempatkan  diri  pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan memberi kemampuan
untuk  dapat  menyampaikan  pesan  (message)  dengan  cara  dan  sikap  yang  akan
memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu, dalam berbicara di
depan publik, pembicara harus terlebih dulu memahami latar belakang, golongan, lapisan
sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, harapan dan sebagainya, dari calon
hadirin  (audiences).  Jadi  sebelum  membangun  komunikasi  atau  mengirimkan  pesan,
pembicara perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan, sehingga
nantinya  pesan  akan  dapat  tersampaikan  dengan  tanpa  ada  halangan  psikologis  atau
penolakan dari  penerima.  Empati  berarti  kemampuan  untuk  mendengar  dan  bersikap
perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang
positif. Banyak sekali dari orang yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik
dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah
tidak akan efektif, manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik
dari penerima pesan. Oleh karena itu, dalam berbicara di depan publik, pembicara harus siap
untuk menerima masukan atau umpan balik dengan sikap positif. 
c.  Audible
Kaidah ketiga adalah audible, yaitu  dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik.
Audible dalam hal ini berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Kaidah  ini  mengatakan  bahwa  pesan  harus  disampaikan  melalui  medium  atau  delivery
channel, sedemikian dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu
pada kemampuan untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat
bantu  audio visual yang akan membantu, agar pesan  yang disampaikan dapat diterima
dengan baik. 
d.  Clarity
Kaidah keempat adalah kejelasan dari pesan yang disampaikan (clarity). Selain bahwa
pesan harus dapat diterima dengan baik, maka kaidah keempat yang terkait dengan itu
adalah kejelasan dari pesan itu sendiri, sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity juga sangat tergantung pada mutu suara dan
bahasa  yang  digunakan.  Penggunaan  bahasa  yang  tidak  dimengerti  oleh  hadirin,  akan
membuat  pidato  atau  presentasi  tidak  dapat  mencapai  tujuannya.  Seringkali  orang
menganggap  remeh  pentingnya  Clarity  dalam  public  speaking,  sehingga  tidak  menaruh
perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih untuk digunakan dalam presentasi
atau pembicaraannya. 
e.  Humble
Kaidah kelima dalam  komunikasi  yang efektif  adalah sikap  rendah  hati.  Sikap ini
merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai
orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang dimiliki. Kerendahan hati juga
berarti tidak sombong dan menganggap diri penting ketika berbicara di depan publik. Justru
dengan kerendahan hatilah, pembicara atau presenter dapat menangkap perhatian dan
respon positif dari publik pendengarnya. Kelima hukum komunikasi tersebut sangat penting
untuk menjadi dasar dalam melakukan pembicaraan di depan publik.
Dari  pemahaman  terhadap  prinsip  komunikasi,  diharapkan  seseorang  dapat
berkomunikasi lebih baik, terutama berkomunikasi dengan efektif dengan pihak lain, yaitu
memahami  hakikat  komunikasi,  proses  terjadinya  komunikasi,  syarat-syarat  terjadinya
komunikasi dan komunikasi antar pribadi secara efektif



Sumber :
e-book Modul Pembelajaran Kewirausahaan :
http://alamtekno.blogspot.com/2013/05/pengertian-atau-definisi-komunikasi.html
http://zabidin1993.blogspot.com/2013/04/pengertian-komunikasi-arti-penting.html

http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html

Selasa, 24 Desember 2013

Management Leadership

Leadership dan Management : Dua Sisi Mata Uang

Leadership dan management bagaikan dua sisi mata uang dalam hal pengembangan diri dan organisasi, yang harus ditumbuhkan, dibangun dan dijaga serta dipelihara agar keduanya berfungsi dengan baik, berkelanjutan dan seimbang. Ketidakberfungsian salah satu dari kedua hal tersebut akan membawa pada kemandegan bahkan kehancuran. MengapaLeadership dan management bagaikan dua sisi mata uang dalam pengembangan organisasi? hal ini dapat kita pahami ketika kita dapat memahami fungsi dasar yang sangat berbeda dari kedua hal tersebut yaitu:

·                       Kepemimpinan (leadership) mempunyai fungsi dasar dalam menentukan arah (setting direction) atau visi (vision) organisasi. Visi yang menggugah dan membangkitkan gairah untuk diikuti oleh semua pihak dalam organisasi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa tugas utama pemimpin (leader) adalah menjadi pelopor dalam menentukan arah atau visi organisasi.
·         Management mempunyai fungsi dasar dalam hal mengendalikan (controls) dan mengarahkan (directs) orang atau sumberdaya (resources) yang ada agar tujuan atau visi organisasi dapat dicapai berdasarkan pada prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang telah dibangun. Management menghasilkan tindakan-tindakan (action) yang tepat dan cepat untuk meraih visi.

Visi (vision) sebagai hasil kepemimpinan dan aksi (action) sebagai hasil dari management haruslah berjalan dengan baik, berkelanjutan dan seimbang. Visi besar tanpa aksi yang pas hanya akan menjadi mimpi (dreams), tetapi aksi yang besar tanpa visi yang jelas hanya menghasilkan pemborosan (useless). Pada akhirnya kedua-duanya hanya akan berujung pada kesia-siaan. Untuk dapat melihat lebih jelas hal tersebut ada baiknya kita sedikit perdalam berbagai situasi yang mungkin timbul dari dua sisi mata uang tersebut.

Leadership tanpa management
Kepemimpinan membentuk pemimpin menjadi pelopor dalam penentuan arah, tujuan dan visi organisasi. Dengan jiwa kepemimpinan maka pemimpin akan bertindak cepat dan tepat untuk memperbaharui visi agar sesuai dengan perubahan lingkungan organisasnya. Dengan kepemimpinan maka arah dan visi organisasi selalu berada dalam jalur yang tepat.

Tetapi tanpa management yang baik (lack of management) maka penentuan arah atau visi baru organisasi hanya akan membuat orang-orang yang terlibat dalam organisasi itu menjadi kebingungan. Mereka tidak tahu, bagaimana cara mencapai atau mewujudkan tujuan atau visi organisasi tersebut. Penentuan arah dan visi yang baru akhirnya tidak membawa perubahan yang berarti malah dalam beberapa kasus seringkali membawa pada kehancuran. Management seharusnya dapat membuat suatu rencana tindak (action plan) untuk mencapai visi organisasi dan menjaganya agar rencana tindak tersebut dapat berjalan dengan baik.

Management tanpa leadership
Pengendalian (controls) penggunaan sumberdaya yang ada dalam organisasi dan mengarahkannya (directing) untuk mencapai tujuan organisasi merupakan fungsi utama management. Hal ini akan terus berlangsung tanpa adanya perubahan berarti dikala kepemimpinan tidak tumbuh berkembang dengan baik. Ketika hanya fungsi-fungsi management yang berjalan tanpa adanya kepemimpinan (lack of leadership) maka organisasi tersebut suatu saat akan kehilangan gairah dan kemampuannya dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kenapa? karena perubahan lingkungan yang terus berlangsung tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh organisasi dengan membangun arah atau visi baru organisasi. Ketika hanya fungsi management yang berjalan tanpa adanya kepemimpinan maka yang tumbuh berkembang adalah terpeliharanya status quo dan keengganan untuk berubah.

Leadership bersanding dengan management
Ini adalah kondisi yang paling ideal dimana kepemimpinan yang baik ditunjang oleh management yang baik pula dan sebaliknya management yang baik dipayungi oleh kepemimpinan yang baik. Dalam situasi ini sangat memungkinkan terjadi perubahan dan pergerakan yang cepat dari organisasi sehingga dapat menghasilkan suatu hal yang luar biasa. Keseimbangan antara kepemimpinan dan management menghasilkan keseimbangan pula dalam kemampuan menentukan arah dan visi organisasi serta kemampuan dalam menentukan cara bagaimana mencapai visi organisasi tersebut.

Ikhtisar Leadership v.s Management
Kepemimpinan (leadership) berkaitan dengan penentuan arah atau visi organisasi sementara management berkaitan dengan pengendalian (controlling) dan pengarahan (directing) sumberdaya organisasi untuk mencapai arah atau visi organisasi berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dibangun. Kedua hal tersebut memang memiliki perbedaan, Karen C. balancebalanceRobbins (1998) seperti ditulis di http://www.leadingtoday.org/menyampaikan perbedaan tersebut, sebagai berikut :

·         Managing is working within boundaries' while leading is expanding boundaries.
·         Managing is controlling resources, while leading is influencing others.
·         Managing is contracting how and when work will be done, while leading is committing to get the work done no matter what.
·         Managing is waiting for all relevant data before deciding, while leading is pursuing enough data to decide now.
·         One difference suggested by the list is that managing may be more analytical, while leading may be more intuitive and visionary.

Walaupun terdapat perbedaan antara kepemimpinan dan management tetapi bukan artinya keduanya merupakan sesuatu yang benar-benar berbeda dan terpisah. Tetapi keduanya adalah suatu yang saling melengkapi, yang saling memberikan nilai tambah satu dengan yang lainnya. Tanpa kehadiran keduanya maka organisasi dapat diprediksikan akan mengalami kehancuran.


PENGERTIAN PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN MANEJER DALAM ORGANISASI

Pendahuluan
Semua orang sepakat bahwa Membicarakan masalah kepemimpinan adalah sebuah topic pembicaraan yang sangat menarik dan mendapat perhatian dari semua orang, apalagi masalah kepemimpinan dapat diteropong dari berbagai sudut sesuai dengan spesialisasi atau bahkan kebutuhan seseorang. Oleh karena itulah maka kita tidak perlu heran apabila masalah kepemimpinan dari waktu ke waktu mendapat perhatian semua orang terutama para pakar di bidangnya, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa masalah kepemimpinan sama tuanya dengan sejarah manusia dan kemanusiaan.
Pernyataan ini bukanlah sesuatu yang berlebihan sebab harus diakui bahwa kepemimpinan dibutuhkan oleh seluruh ummat manusia, sebab dalam setiap diri manusia terdapat kelebihan-kelebihan dan juga kekurangan-kekurangan. Seseorang memiliki kelebihan tertentu tetapai pada saat yang bersamaan dia juga memiliki kekurangan tertentu. Kelebihannya itu barang kali tidak ada pada diri orang lain, sehingga dia dapat melengkapinya, tetapi dia juga memiliki kekurangan tertentu, sehingga orang lain dapat melengkapinya.

Hal seperti ini juga berlaku dalam masalah kepemimpinan, ada manusia yang terbatas kemampuannya untuk memimpin pada satu pihak, tetapi pada pihak lain ada manusia yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpinan. Dalam suasana yang seperti inilah timbul apa yang disebut dengan kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan.

Oleh karena itulah maka kita tidak perlu heran apabila kita mengikuti tulisan-tulisan dan atau uraian-uraian tentang kepemimpinan selalu memberikan gambaran yang ideal tentang kepemimpinan dan berakhir dengan kesenangan. Hal ini dapat dimengerti, karena manusia sangat membutuhkan kepemimpinan itu. Dan bahkan tidak berlebihan apabila disebutkan bahwa dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi tumpuan harapan dari seluruh manusia.
Untuk menunjukkan betapa pentingnya masalah kepemimpinan ini, ada satu pendapat yang sangat ekstrim yang menyatakan bahwa, Dunia atau ummat manusia di dunia ini pada hakikatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang saja, yakni yang berstatuys sebagai pemimpin. Dan ada juga ungkapan Melayu yang sejalan dengan ini yaitu, Jika gajah sama gajah berkelahi, maka pelanduk mati di tengah-tengah. Kedua ungkapan ini secara tidak langsung menyatkan bahwa masalah pemimpin dan kepemimpinan adalah masalah yang sangat utama dalam hidup dan kehidupan ummat manusia.

Pemimpin dan Kepemimpinan
Seperti disebutkan pada pendahuluan bahwa masalah kepemimpinan adalah masalah yang utama dalam hidup dan kehidupan ummat manusia, oleh karena itulah maka ummat manusia selalu membutuhkan kepemimpinan, sebab untuk mencapai suksesnya sebuah tujuan dan terjadinya efisiensi kerja harus ada pemimpin. Oleh karena itulah maka para ilmuan banyak melakukan study dan penelitian masalah pemimpin dan kepemimpinan. Dan para sarjana telah memberikan berbagai definisi mengenai pemimpin dan kepemimpinan, dengan menonjolkan satu atau beberapa aspek tertentu sesuai dengan ide pencetus definisi tersebut beserta interpretasinya.

Kepemimpinan adalah merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu adminisaatrasi Negara. Sedangkan ilmu administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial, dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia; yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/bawahan karena dipengaruhi oleh kewajiban pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin.

Kepemimpinan diartikan orang bermacam-macam, ada yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan bahwa kepemimpinan adalah suatu inisitaif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Dan ada juga yang menyatakan bahwa, kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi. Yang lain menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.

Kepemimpina seperti disebutkan di atas, muncul bersama-sama adanya peradaban manusia; yaitu sejak zaman Nabi-Nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahakan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah terjadai kerjasama antar manusia, dan di situ ada unsur kepemimpinan.

Munculnya seorang pemimpin ditimbulkan oleh bermacam-macamam hal, secara garis besar dapat disebutkan dalam tiga teori, yiatu :
Pertama, Teori Genetis. Teori ini menyatakan sebagai berikut :
a.Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.
b.Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.

Kedua, Teori Sosial (Lawan teori genetic), yang menyatakan sebagai bertikut :
a.Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja.
b.Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.

Ketiga, Teori Ekologis atau Sintesis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu). Teori ini menyatakan bahwa Seseorang akan sukses menjadi seorang pemimpin, bila sejak lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.

Pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Dan atas dasar ini lahir pulalah apa yang disebut dengan tipe-tipe kepemimpinan, sebagai berikut :

1. Tipe Kharismatis.
Tipe ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Pemimpin ini dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman yang diperolehnya sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik
Tipe ini adalah tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut :
a. Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b. Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective).
c. Jarang memberikan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri.
d. Tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk bernisiatif.
e. Hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya atau pengikutnya untuk mengembangkan imajinasi, dan daya kreatifitas mereka sendiri.
f. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Militeristis
Tipe ini sifatnya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luaran saja yang mencontoh gaya militer, tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Tipe kepemimpinan militeristis berbeda dengan tipe kepemimpinan organisasi militer. Adapun sifat kepemimpinan yang militeristis antara lain adalah :
a.Lebih banyak menggunakan system perintah/komando.
b.Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
c.Sangat menyenangi formalitas, tanda kebesaran dan lain-lain.
d.Menuntut adanya disiplin keras dan kaku.
e.Tidak menghendaki usul, saran, sugesti dan kritikan dari bawahan.
f.Komunikasi hanya berlangsung satu arah.

4. Tipe Otokratis
Kepemimpinan Otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one man show. Dia berambisi sekali merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.

5. Tipe Laissez Fair
Tipe kepemimpinan ini Sang Pemimpin praktis tidak memimpin; dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan Pemimpin Simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.

6. Tipe Populis
Tipe ini adalah tipe kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat. Kepemimpinan ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Tipe ini sering dikaitkan dan bahkan disebut dengan modernitas tradisional.

7. Tipe Administratif atau Eksekutif
Tipe ini ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas adminisrasi secara efektif. Sedangkan pemimpinnya adalah terdiri dari tekhnokrat-tekhnokrat dan administrator-administrartur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan.

8. Tipe Demokratis
Tipe ini adalah tipe kepemimpinan yang berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggungjawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan tipe kepemimpinan ini bukan terletak pada individu pemimpinnya, tetapi pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Manajemen dan Manejer
Selain dikenal adanya Pemimpin dan Kepemimpinan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dikenal juga istilah Manajemen dan Manejer yang lebih terorganisir dan tertata rapi. Perkembangan Manajemen sangat erat kaitannya dengan perkembangan administrasi di Negara-negara maju sebagai akibat revolusi industri. Kebutuhan industri yang mengharapkan laba (keuntungan yang banyak) menuntut perbaikan dan peningkatan kinerja melalui berbagai study dan penelitian.

Penelitian dilakukan terhadap model-model peningkatan kerja, pendayagunaan sumber daya, (tenaga, dana, sarana dan prasarana), metode, dan sistem kerja. Sasaran akhir adalah efisiensi dan efektivitas kerja, sehingga keuntungan menjadi lebih besar. Dalam study dan penelitian ini sangat diperhatikan bagaimana bisa menggerakkan orang lain agar merasa senang bekerja. Dengan pandangan tersebut lahirlah berbagai macamam terori dan pengertian tentang manajemen.

Pengertian-pengertian tentang Manajemen tersebut telah banyak dikemukan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing dimana antara satu sama yang lain ada persamaan dan ada juga perbedaannya. Pengertian tersebut antara lain :
Pertama, Manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk mencapai tujuan yang dinginkan (Johan D. Millet).

Kedua, Manajemen adalah fungsi dari pada setiap pimpinan eksekutif (Ralph C. Davis).

Ketiga, Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahakan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi/administrasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ordway Tead).

Keempat, Manajemen adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan planning, organizing, actuating dan controlling dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula (G.R. Terry).

Kelima, Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat. (Johan F. Mee).

Dari berbagai macam pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

Pertama, Dalam pengertian manajemen selalu terkandung adanya tujuan tertentu yang akan dapat dicapai oleh kelompok bersangkutan.

Kedua, Manajemen selalu diterapkan dalam hubungan dengan usaha suatu kelompok manusia dan tidak terdapat sesuatu usaha satu orang tertentu.

Ketiga, Dalam manajemen diharapkan dapat meraih hasil maksimal dengan mengerahkan sumberdaya yang minimal.

Keempat, Dalam manajemen terdapat empat unsur penting yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controling.

Namun demikian apabila kita melihat literature lain tentang fungsi manajemen ada banyak macam antara lain adalah yang dikemukan oleh J. L. Massie yang memoperkenalkan fungsi manajemen sebagai berikut :
a.Pengambilan keputusan, yaitu proses serangkaian tindakan secara sadar dipilih dari berbagai variable yang ada, dimaksud untuk mencapai hasil yang diinginkan.
b.Pengorganisasian, yaitu proses struktur dan alokasi pekerjaan ditentukan.
c.Staffing, yaitu proses seorang manajemen memilih, melatih, mengangkat dan memberhentikan bawahannya.
d.Planning, yaitu proses seorang manajemen mengantisipasi masa yang akan datang dan merumuskan alternative terbaik dengan serangkaian tindakan.
e.Kontrol, yaitu proses mengukur pelaksanaan yang sedang berjalan dan merupakan petunjuk terhadap beberapa tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan.
f.Komunikasi, yaitu prose ide (gagasan) disampaikan kepada orang lain dengan maksud tercapainya hasil yang diinginkan secara efektif.
g.Pengarahan, yaitu proses pelaksanaan kerja nyata seorang bawahan dibimbing untuk mencapai tujuan umum.

Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen
Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang, dan memang agak mirip antara satu sama yang lain . Namun demikian di antara keduanya terdapat perbedaan. Kepemimpinan pada hakikatnya mempunyai pengertian yang agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan di antara kedua konsep pemikiran ini ialah terletak pada istilah organisasi. Kepemimpinan dapat terjadi setiap saat dan dimanapun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya. 

Dengan demikian kepemimpinan bisa saja terjadi karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau tujuan kelompok, dan itu bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi.
  • Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama birokrasi, 
  • kepemimpinan tidak harus diikat terjadi dalam suatu organisasi tertentu, melainkan
  •  kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu, tanpa harus diikat organisasi, dan tidak dibatasi oleh jalur komunikasi struktural, melainkan bisa menjalin jalur net work yang merembes secara luas melampaui jalur structural, seperti Kepemimpinan Informal.

Apabila kepemimpinan itu dibatasai oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan terjadinya dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen. Fungsi-fungsi seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan menjadi perhatian utama yang harus dilaksanakannya. Fungsi-fungsi ini relevan dalam setiap jenis organisasi dan setiap tingkat hirarki manajemen yang ada dalam organisasi tersebut.

Dengan demikian seorang manejer dapat saja berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manejer untuk mempengaruhi perilaku orang-orang lain. Dengan kata lain seorang pemimpin belum tentu seorang manejer, tetapi seorang manejer bisa berperilaku sebagai seorang pemimpin.





sumber :